Time Zone – Pameran 8 Perupa Lintas Medium

Di bulan Maret 2021 ini di Bali sedang banyak pameran seni rupa yang digelar. Pameran ‘Time Zone’ merupakan salah satu dari banyak pameran di Bali, bertempat di Luwak Ubud Villas, jalan Sri Wedari, Br Tegal Lantang, no 9, Ubud, Gianyar. Pameran Time Zone memamerkan karya dari delapan seniman rupa lintas media. Delapan seniman tersebut yaitu Eka Sutha, Lodrasuantara, Gede Sukarya, Vennawati, Wahyu Simbrana, Gusarta, Yudhiputrawan, dan Manntra.
Time Zone di interpretasikan sebagai proses bermain sebuah permainan puzzle. Yang tergambarkan dari karya yang dipamerkan kali ini. Dalam tulisan pengantar pameran Penawati menyampaikan, bahwa proses bermain kali ini dimulai dengan menebak, ide – inspirasi yan bebas hingga tak terduga yang datang dari berbaga sudut pandang dan kondisi lingkungan masing-masing. Lalu Menyusun dan termaknai sebagai proses realisasi ide. Hal tersebut sama halnya dengan bagaimana kita memainkan puzzle, dari sesuatu yang utuh, lalu membongkarnya, dan kita diajak kembali untuk menyusunnya menjadi kesatuan yang utuh.
Pameran ini merupakan rangkaian pameran bersama kedua dari delapan seniman. Tujuan yang ingin dicapai yang aku tangkap adalah dengan adanya pameran ini mereka berusaha terus menjaga keadaan diri dan terus berusaha untuk berkarya ditengah kesulitan dimasa pandemi ini. Hal ini dipaparkan pula oleh, bahwa hal tersebut adalah upaya meluaskan pemurnian, pemulihan, dan penyegaran terhadap lingkungan, agar tetap menjaga keharmonisan jiwa dan raga.
Karya yang hadir di pameran Time Zone terdiri dari berbagai latar belakang dan multidisiplin ilmu dan medium kekaryaan yang tergabung dalam pameran ini.
Karya keseluruhan dalam pameran Time Zone ini berjumlah 14 karya, dan 1 karya bersama. Karya. di bagian pertama memasuki ruang pamer adalah karya milik Eka Sutha, tiga buah lukisan dengan proses mix media diatas kanvas dengan judul ‘Lets Play #1 #2 #3’. ketiga nya memiliki warna-warna yang cerah dan menonjol, didalamnya mencoba memperlihatkan sosok manusia dengan karakter dari simbol-simbol garuda wisnu, barong dan manusia itu sendiri.


Lodrasuantara dengan karyanya ‘Dereformasi Lamak #1 #2 #3’, karya ini menurut lodra adalah upaya menuangkan dari pengamatan dia terhadap berbagai macam benda yang dia coba kembali terjemahkan dalam rupa bentuk simbol dan pattern. Lalu warna-warna yang lodra pilih dia hadirkan sebagai bentuk physical healing yang nantinya dapat memediasi diri dan seseorang yang melihatnya. Karya ini tertuang didalam media arcylic dalam kain satin.

Sedangkan Gede Sukarya bermain dengan penggunaan media acrylic on leather (kulit). katika melihat karya ini langsung terbayang bagaimana ramainya permainan dimainkan bersama orang banyak yang coba gede sukarya gambarkan dalam karyanya ‘bola adil’. permainan ini menurut gede sukarya mengembalikan memori dia tentang kampung halaman dan bagaimana masyarakat disana bermain permainan tersebut. karya ini diberi judul ‘Bola Adil’

Perupa wanita, Vennawati dengan karya berjudul ‘Cek Kondisimu’. karya yang menurut aku langsung menarik atensi ketika baru masuk kedalam ruang pameran. karya vena terdiri dari rangkaian cermin yang dibentuk kedalam beberapa benda langit atau tatanan tata surya seperti bulan, bintang, planet. vena menggunakan oil cat untuk memberikan motif, aksen, dan pattern disetiap cermin.

Wahyu Simbrana menggunakan medium mix media on canvas. masing-masing karya berukuran 50x50 cm. Tiga judul yang coba dihadirkan wahyu diantaranya ‘Ndas Bedag’, ‘Control Center’, dan ‘Scrambling The Stage’. Wahyu mencoba menghadirkan berbagai emosi diketiga karyanya yang dihasilkan dari refleksi kekuasaan yang dipimpin oleh nafsu dan keserakahan.

Gus Arta dengan karyanya yang berjudul ‘Pada’. karya ini tertuang dalam medium mix media on canvas. Gus Arta mencoba menyampaikan bagaimana ketika kita memiliki binatang (anjing) sebagai peliharaan tak kadang sering meniadakan sifat makhluk hidup yg dilihat hanya sebagai pemuas si pemilik, hal tersebut menjadi ancaman bagi anjing atau peliharaan yang kita miliki. menurut dia hal tersebut menjadi tidak layak untuk dianggap bermain menjadi penting. karena bermain tidak untuk saling menyakiti apalagi membunuh.
Lalu karya selanjutnya ada Yudhi Putrawan, dengan karya yang berjudul ‘Sunset Chick’. Didalam karyanya ini Yudhi menyampaikan tentang bagaimana bersenang-senang dengan segala yang diamati, manikmati keindahan alam dalam sunset yang mengidahkan imajinasi dalam ungkapan chick sebagai anak ayam = wanita muda sexy.
Ada Manntra dengan karyanya berupa karya collage on paper. Manntra secara sederhana mencoba menyampaikan kembali bagaimana dia mencoba menemukan potongan-potongan visual dari majalah bekas untuk menggambarkan apa yang dia lihat dan di rasakan dalam kehidupan ditengah masa pandemi.

Selain karya dari masing-masing individu ada karya lain yang hadir dalam pameran ini hasil dari karya berasama. posisi karya ini berada ditengah ruang pamer dengan digantung disebuah kipas. Ada pula karya kolase dari berbagai orang yang hadir dipameran maupun workshop kolase yang diselenggarakan dalam rangkaian pameran Time Zone ini.
Pameran Time Zone ini berlangsung dari tanggal 4 Maret 2021 dan berakhir ditanggal 21 Maret 2021. (insankamil/2021)