Senyawa “Nusantara Chapter 1 : Menapaki Rumah, Menjalin Simpul”.

Setelah diawal tahun 2020 lalu Senyawa melakukan rangkaian tur kecil “Dasawarsa Pertama” di 3 kota, Jakarta, Bandung, dan Jatiwangi. Tak kurang satu bulan berselang, Senyawa mengabarkan sebuah rangkaian tur dengan tajuk “Nusantara: Chapter 1” dimulai dari titik nol khatulistiwa, Pontianak, lalu menyebrang ke Makassar, berlabuh di Bali, dan kembali ke rumah, di Bantul, Yogyakarta. Sebuah keberuntungan saya bisa bertemu lagi dalam rangkaian tur mereka, ketika memutuskan untuk menetap di Bali.
Sore hari (02/03/20) dipelataran gazebo Geo Open Space, Billy dari ChaosxMusica membuka obrolan diantara Rully dan Wukir tentang apa yang bisa mereka ceritakan tentang rangkaian tur kali ini.
Tur ‘Dasawarsa Pertama’ yang lalu, menjadi penanda telah melakukan sebuah proses perjalanan dengan apa yang mereka perbuat di musik selama sepuluh tahun kebelakang. Rully bercerita bahwa babak baru melanjutkan dasawarsa kedua dimulai dengan rangkaian tur Nusantara ini, sebenarnya sesederhana itu yang ingin dilakukan. Tur nusantara ini sudah mewakili segala aspek perjalanan yang akan Senyawa lakukan. Dengan melakukan pembabakan dalam chapter, hal ini Senyawa harapkan menjadi pemantik bagi teman-teman diberbagai daerah untuk menjalin simpul kolaborasi bersama Senyawa. hal itu diharapkan Rully tumbuh secara organik dipembabakan tur selanjutnya.
Bagi Wukir, dalam menjalani tur chapter pertama ini lebih fokus pada proses eksplorasi pada sound untuk musik pada album Senyawa selanjutnya. diluar itu Wukir mencoba menemui teman-teman dikota yang Senyawa singgahi untuk berbicara apapun tentang kemungkinan-kemungkinan yang bisa dia dapat, baik hubungannya tentang estetika atau diluar hal itu. harapannya setelah beberapa chapter kedepan ada sesuatu yang bisa dia dibangun menjadi materi musik Senyawa.
Saya mencoba bertanya pada Senyawa tentang kaitan Senyawa yang lebih banyak memiliki panggung di luar Indonesia, dan tur kali ini yang bagi saya menandakan mereka pulang ke rumah. Rully menjawab, “tur nusantara chapter satu bisa dibilang seperti itu, intinya kembali ke rumah”. Rully menambahkan, bahwa ada sebuah predikat kebanggaan, jika menyebutkan Senyawa bisa menyambangi dan membuat panggung dikota-kota yang mereka singgahi di rumah mereka sendiri. Bukan hanya predikat Senyawa yang melanglang buana di negara diluar rumah mereka sindiri, Indonesia.
Dalam tur Nusantara ini Senyawa ingin menjalin simpul pertemanan diberbagai tempat di Nusantara, dan teman yang mereka ajak kerjasama memang yang mau, tidak ada paksaan, dan terbentuk lebih organik. kalau itu bisa terjadi dari semenanjung Melaka sampai ujung Irian luas sekali, banyak sekali ikatan teman yang Senyawa jalin. Senyawa targetkan dalam tiga tahun kedepan tur ini berjalan. Fokusnya bukan pada konsernya tapi tadi lebih kepada makna Senyawa hadir dikota-kota tersebut, jauh dari musiknya itu sendiri, musik hanya sebagai medium.
Secara orgenize di Nusantara Chapter 1 ini telah ada obrolan dan ajakan memang sebelumnya dari beberapa teman dikota yang dituju. secara tematik Pontianak cocok dijadikan pembuka tur sebagai titik nol, dan selanjutnya kota yang memang keterwakilan wilayah nusantara. Senyawa menyerahkan sepenuhnya pada teman-teman dikotanya masing-masing dalam mengkonsep bagaimana Senyawa hadir dipanggung, sekecil atau sebesar apapun.
Senyawa Mandiri, sebuah bentuk proses perjalanan dasawarsa kedua
CV Senyawa Mandiri, merupakan sebuah bentuk kemandirian yang dilakukan Senyawa. Senyawa menyadari dalam sepuluh tahun pertama belum ada apa-apanya dan belum bisa banyak berkontribusi secara nyata. Karena menurut Rully “kami menyadari sepuluh tahun pertama banyak fokus pada pencarian dan pengembangan bagaimana karakter musik kita sebenarnya, dan itu setidaknya butuh sepuluh tahun, itupun masih berlangsung”.
Setelah melakukan refleksi dengan dasawarsa pertama, mulai sekarang Senyawa akan lebih ketat lagi dalam proses berkarya dan mengaitkannya ke kehidupan nyata. Rully bercerita bahwa apapun yang telah kita lakukan dalam musik bisa engga kita terapkan di kehidupan nyata, sebenarnya sederhana itu. kita baru memulai masuk ke wilayah itu, setelah sepuluh tahun menyeimbangkan energi didalam musik.

Beberapa hal kita tilik dalam musik senyawa dan bagaimana musik Senyawa ciptakan selalu ada unsur kemandirian dalam artian tidak terikat dengan apapun, kemudian menurut Rully dari Senyawa kita bisa setidaknya menghasilkan, berproses sebagai musisi ternyata bisa, ada daya hidup dari karya yg kita buat, dan ada unsur lokalnya. kelokalan itu bukan berarti tradisional, tradisional dan lokal itu dua hal yang berbeda. kelokalan ini yang sebisa mungkin ditransfer ke musik kita, sepuluh tahun kita coba dalam lagu dan album yang telah Senyawa buat.
Obrolan sore itu berakhir, Senyawa memainkan set tidak jauh berbeda dengan tur Dasawarsa Pertama. Hanya Wukir terlihat tidak membawa semua instrumen yang dimainkan di set Dasawarsa Pertama, tetapi tentu tidak mengurangi kualitas musik yang mereka bawakan. Rully memang selalu prima dalam merapal lirik-lirik disetiap lagu, sampai tuntas set berakhir.
Setelah tulisan ini di publish, rangkaian tur Senyawa Nusantara Chapter 1 telah berakhir. menarik untuk kita tahu dan ikuti bagaimana Rully dan Wukir terus berproses menyelesaikan apa yang telah mereka tapaki di awal dasawarsa kedua ini dalam babak waktu tiga tahun kedepan, Selamat Hari Musik Nasional, Tabik!!
Denpasar, 9 Maret 2020
Insan Kamil


